Acid Test, Zat asam untuk Browser

So buat kalian-kalian atau kita-kita para Web Application Developer, istilah Cross Browser Compatibility sudah bukan kosakata baru dalam kamus. Semua pasti pernah ngerasain yang namanya lembur cuma gara-gara layout yang sudah cantik indah nan rapi di browser yang satu, berantakan gak karuan di browser yang lain.

Ya ya, tough job huh? Kadang-kadang gue mikir, kenapa mereka(Browser Vendor) kok gak punya standarisasi sih buat bikin HTML Interpreter Engine? kenapa harus lain-lain interpretasinya? sudah kayak agama ajah. Padahal sudah ada organisasi seperti W3C yang jelas-jelas sudah bikin standard-nya.

Untuk lebih menyemarakkan acara penyeramagaman Interpretasi pada browser -astaga bahasanya- sebuah organisasi yang menamakan dirinya The Web Standards Project, menerbitkan beberapa code snippet yang berfungsi untuk mengetest apakah sebuah browser menginterpretasikan HTML, CSS, dan Javascript sesuai standard W3C. Code Snippet ini mereka beri nama Acid.

Hingga saat ini sudah 3 versi Acid yang diterbitkan oleh Web Standards Project. Acid yang pertama bahkan diterbitkan langsung oleh W3C. Dengan adanya test ini, setiap browser vendor berlomba-lomba memperbaiki browser mereka supaya "lulus" acid test.

Belum lama ini Channel9 dengan bangga melaporkan bahwa Internet Explorer 8 akan lulus acid2 test. Acid2 dirilis April 2005, sekarang tanggal berapa? Halo Microsoft, baru bangun ya? Oh, tenang dulu, ternyata Firefox 2.x pun belum mendukung sepenuhnya, meskipun tidak separah IE 6 atau IE 7. Browser vendor besar lainnya seperti Safari, Konqueror dan Opera, saat ini sudah sanggup menginterpretasikan acid2 dengan benar.

Dengan adanya test ini, dan melihat bahwa setiap browser berlomba untuk memperbaiki produkt mereka supaya dapat menginterpretasikan acid test secara baik dan benar, kita sebagai web developer bisa sedikit bernapas lega. Setidaknya kita bisa lebih memfokuskan waktu kita untuk memperbaiki kesalahan dalam logik dan proses, daripada kesalahan dalam layout.